Tamansiswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewatara di Yogyakarta pada tanggal 03 Juli 1922 bertujuan mengganti sistem pendidikan dan pengajaran Belanda denga sistem baru berdasarkan kebudayaan sendiri. Untuk mewujudkan cita-cita iti, maka diterapkan azas-azas pendidikan dan dasar-dasarnya. Azas pendidikan ini dikenal dengan azas 1922.
1. Pasal pertama : Hak seseorang akan mengatur dirinya sendiri dengan meningat tertibnya persatuan dalam peri kehidupan umum. Tertib dan damai itulah tujuan kita yang tertinggi.
2. Pasal kedua : Dalam sistem ini, maka pelajaran berarti mendidik anak menjadi manusia yang merdeka batinnya, merdeka pikirannya, dan merdeka tenaganya. Hal ini menunjukkan bahwa ajaran Ki Hajar Dewantara mengutamakan kemdirian pada diri peserta didik, yang akan memiliki karakter mandiri.
3. Pasal ketiga : Tentang zaman yang akan datang rakyat kita ada di dalam kebingungan, sering kita tertipu akan keadaan yang kita pikir perlu dan sesuai dengan pikir, padahal itu adalah keperluan bangsa asing yang sulit di dapatnya dengan alat penghidupan kita sendiri. Pasal ini juga merupakan bagian penting dalam membangun karakter anak bangsa untuk menjadi manusia yang tidak kehilangan jati diri sebagai bangsa yang beradab.
4. Pasal keempat : Dasa kerakyatan. Pengajaran yang hanya terdapat pada sebagian kecil rakyat Indonesia tidak berfaedah untuk bangsa, maka seharusnyalah golongan rakyat yang tersebar mendapat pengajaran secukupnya. Hal ini menganut pengertian bahwa memajukan pengajaran untuk rakyat umum kuantitas pendidikan lebih baik dari pada meningkatkan pengajaran (kualitas) kalau meningkatkan pengajaran dapat mengurangi tersebarnya pengajaran.
Pasal kelima : Untuk dapat berusaha menurut azas dengan bebas dan leluasa maka kita harus bekerja menurut kekuatan sendiri. Walaupun kita tidak menolak bantuan dari orang lain akan tetapi kalau bantuan itu akan mengurangi kemerdekaan kita lahir atau batin haruslah ditolak, ini adalah wujud nyata karakter kemandirian.
Pasal keenam : Keharusan untuk membelanjai diri sendiri segala usaha Tamansiswa. Hal ini amat sukar, karena untuk dapat membelanjai diri sendiri tanpa menerima bantuan orang lain diperlukan keharusan untuk hidup sederhana.
Nama Lengkap : Raden Mas Soewardi Soerjaningrat Nama Panggilan : Ki Hadjar Dewantara Lahir : Yogyakarta, 2 Mei 1889 Wafat : Yogyakarta, 26 April 1959 Agama : Islam Orang Tua : Pangeran Soerjaningrat (Ayah), Raden Ayu Sandiah (ibu) Saudara : Soerjopranoto Istri : Nyi Sutartinah Anak : Ratih Tarbiyah, Syailendra Wijaya, Bambang Sokawati Dewantara, Asti Wandansari, Subroto Aria Mataram. Sudiro Alimurtolo.
Biografi KI Hajar Dewantara
Beliau
merupakan tokoh pendidikan indonesia dan juga seorang pahlawan
Indonesia. Mengenai biografi dan profil Ki Hajar Dewantara sendiri,
beliau terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat yang
kemudian kita kenal sebagai Ki Hadjar Dewantara.
Ki Hajar Dewantara Muda Beliau
sendiri lahir di Kota Yogyakarta, pada tanggal 2 Mei 1889, Hari
kelahirannya kemudian diperingati setiap tahun oleh Bangsa Indonesia
sebagai Hari Pendidikan Nasional. Beliau sendiri terlahir dari keluarga
Bangsawan. Ia
merupakan anak dari GPH Soerjaningrat, yang merupakan cucu dari
Pakualam III. Terlahir sebagai bangsawan maka beliau berhak memperoleh
pendidikan untuk para kaum bangsawan.
Mulai Bersekolah
Dalam
banyak buku mengenai Biografi Ki Hajar Dewantara, Ia pertama kali
bersekolah di ELS yaitu Sekolah Dasar untuk anak-anak Eropa/Belanda dan
juga kaum bangsawan. Selepas dari ELS ia kemudian melanjutkan
pendidikannya di STOVIA yaitu sekolah yang dibuat untuk pendidikan
dokter pribumi di kota Batavia pada masa kolonial Hindia Belanda.
Sekolah
STOVIA kini dikenal sebagai fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
Meskipun bersekolah di STOVIA, Ki Hadjar Dewantara tidak sampai tamat
sebab ia menderita sakit ketika itu, namun ia keluar dengan mendapat piagam kepandaian berbahasa Belanda.